MATAKULIAH
KAPITA SELEKTA
“Isu
Nuklir Iran”
Makalah
ini ditujukan untuk nilai tugas Individu
kelas SKI 6A Konsentrasi Timur Tengah
kelas SKI 6A Konsentrasi Timur Tengah
Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum
Oleh:
Dewi
Mahmudah Ni’matul
(1113022000008)
SKI
6A – KTT
Jurusan
Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas
Adab dan Humaniora
UIN
Syarif Hidayatullah
Jakarta
2016
PENDAHULUAN
Program nuklir Iran yang sudah sejak tahun 1970an
terlaksana, mulai dirasa sebagai ancaman bagi negara barat khususnya negara
kelompok P5+1. Program nuklir ini dikhawatirkan oleh negara barat dapat
menganggu kestabilan negara-negara di Timur Tengah. Selain itu, negara barat
juga takut apabila Iran dalam perkembangan program nuklirnya, membuat nuklir
sebagai persenjataan di bidang militer.
Konflik antara negara Iran dan negara barat yang sudah
berlangsung hingga 12 tahun (2003 – 2015) ini, pada akhirnya mencapai
kesepakatan pada Juli 2015 (uji coba selama 6 bulan) dan baru benar-benar
dicabut oleh AS pada Januari 2016 lalu. Sejak konflik berlangsung, Iran bisa
dikatakan mengalami krisis ekonomi karena puluhan juta dolar aset Iran telah
membeku dan bisnis internasional menurun.[1]
Dengan adanya kesepakatan atas pencabutan sanksi Iran,
presiden Iran, Hassan Rouhani, berusaha untuk menggunakan kesempatan yang ada
ini untuk mengembalikan tali perekonomian Iran dengan berbagai cara, salah
satunya adalah memotong harga minyak untuk sementara ke titik terendah. Seperti
pada harga minyak jenis Brent yang mencapai USD 29 pada Januari 2016 lalu.[2]
ISI
A. Sejarah
Program Nuklir
Iran
Iran telah berusaha untuk memperoleh
kemampuan nuklir sejak tahun 1957 setelah menandatangani sebuah perjanjian
kerjasama dengan US yang menyediakan bantuan secara teknis dan peminjaman
beberapa kilogram uranium. Ada beberapa karakteristik yang bisa diidentifikasi
pada masa perkembangan pogram nuklir Iran. [3]
Pertama, pada tahap pertama pengembangan
program nuklir, Iran masih mengandalkan US dan negara barat lainnya yang
berlangsung sampai beberapa dekade. Pada beberapa dekade awal, Iran
menandatangani beberapa kesepakatan dengan negara-negara barat seperti US
(1974) to pembelian delapan reaktor, Jerman (1974) untuk pembangunan tenaga reaktor
di Bushehr, dan Pranciss (1977) untuk pembangunan dua reaktor di Darkhovin.
Selain itu, Iran juga mendapat 10% pembagian uranium dari pabrik pengayaan yang
dibangun oleh perusahaan Pranciss bernama Tricastin.
Kedua, pada tahapan
menuju modernisasi Iran, Shah – pemimpin Iran – bertekad untuk memulai dan
memperluas perkembangan program nuklir. Untuk memenuhi keinginan ini, Iran
melakukan beberapa negosiasi dengan berbagai pihak. Pada tahun 1968, Iran
bergabung dengan NPT dan baru disahkan pada tahun 1970. Lalu, pada tahun 1974
Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) bersedia membantu pengembangan teknologi
nuklir Iran dan mengirim insinyur nuklir Iran untuk melakukan pelatihan di luar
negri.
Ketiga, setelah
mendapatkan kesediaan dari AEOI, Shah Iran membuat Middle East Nuclear Weapons
Free Zone (MENWFZ) – Zona bebas nuklir di Timur Tengah – hal ini merupakan
bagian dari kebijakan nuklir pada rezim Islam.
Keempat,
program nuklir Iran sempat berhenti setelah revolusi yang terjadi pada tahu
1979. Menurut Ayatullah Khomeini, senjata nuklir adalah hal yang bertolak
belakang dengan prinsip dasar Islam. Pernyataan ini bisa dikatakan sebagai
salah satu penyebab digulingkannya Rezim Pahlevi. Banyak ilmuwan-ilmuwan nuklir
Iran yang meninggalkan Iran setelah digulingkannya rezim Pahlevi dan Negara Barat berkuasa di Iran.
Kelima, pada tahun
1979, dua reactor nuklir Iran sudah hampir komplit. Pengisian ini dibantu juga
oleh perusahaan Siemens Jerman dan anak
perusahaannya Kraftwerke Union yang bergabung pada tahun 1974 namun keluar pada
saat sultan Shah digulingkan. Pada tahun ini juga fasilitas nuklir Iran mengalami
kerusakan parah akibat diserang oleh pesawat tempur Iraq, yang selanjutnya
memulai perang antara Iran dan Iraq pada tahun 1980-1988.
Keenam, pada
pertengahan 1980, presiden Iraq memutuskan untuk kembali memulai aktifitas
program nuklir Iran. Pencarian uranium ditingkatkan dan Teheran mulai kembali
menawarkan para ilmuwan yang diasingkan kembali pulang ke Iran untuk membantu
pembangunan kembali fasitas program nuklir Iran. Pada masa pembangunan ulang
ini, Iran mengalami masalah dalam hubungannya dengan negara lain, karena
beberapa negara tidak setuju dengan pembangunan program nuklir Iran.
Ketujuh,
karena tidak berhasil menjalin kerjasama dengan negara-negara barat, akhirnya
Iran kembali mengajak US dan China. Pada tahun 1990, Iran menandatangani
perjanjian kerjasama dengan Beijing dan Moscow. Lalu sekitar tahun 1995, Rusia
setuju untuk mengadakan kerjasama dan memberi bantuan senilai $800 juta untuk
reactor pertama di Bushehr.
Kedelapan,
dunia internasional mulai memberikan perhatian terhadap aktifitas program
nuklir Iran yang mulai semakin intensif pada tahun 2002 karena pernyataan dari
pihak oposisi Iraq, yaitu Dewan Resistansi Nasional Iran, mengenai beberapa hal
yang sebelumnya tidak diketahui dan dua fasilitas nuklir yang belum dideklarasikan
yaitu Natanz untuk memperkaya uranium dan penempatan produksi air-keras di
Arak.
Kesembilan,
pada tahun 2005 konfortasi antara komunitas nasional dan Iran mencapai
pembaharuan fase volatile ketika Dewan Gubernur IAEA mengadopsi sebuah
resolusi yang membuka jalan bagi Iran untuk di rujuk ke Dewam keamanan PBB atas
ambisinya terhadap program nuklir Iran.
B. Problematika
Program Nuklir Iran
Problematika yang
dialami oleh Iran bisa dikatakan sebagai dilema negara tersebut. Karena masalah
yang di dapat justru berasal dari negara yang pada awalnya mendukung program
tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Pranciss.
Pada tahun 2002,
Iran menghadiri sebuah konferensi di Washington untuk memberikan gambaran
tentang program nuklir tersebut. Pada awalnya, Iran berniat untuk mulai
mengembangkan program tersebut dengan cara membuat kerjasama dengan beberapa
negara barat. Namun, yang di dapat dari konferensi tersebut malah sebaliknya.
Iran mendapat berbagai pengecaman terutama dari negara Israel dengan alasan
proyek itu akan mempengaruhi kestabilan negara tersebut. Israel dan negara
barat lainnya juga takut apabila dalam perkembangan proyek tersebut Iran akan
membuat senjata nuklir.[4]
Sebenarnya, jika
melihat lagi ke belakang, Iran pernah membuat senjata nuklir pada saat perang
antara Iran dengan Iraq yang berlangsung selama delapan tahun (1980-1988).
Menurut mantan presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani (Al-Sharq), program
nuklir Iran ini dibangun dengan tujuan untuk kepentingan damai, tapi bisa berubah
apabila Iran sedang dalam situasi terancam dan tidak menguntungkan, seperti
ketika dalam masa peperangan. Hal tersebut dilakukan juga untuk kepentingan dan
keselamatan masyarakat Iran.[5]
Konflik yang
terjadi pada tahun 2002 tersebut mengakibatkan Iran mengalami beberapa kejadian
yang tak diharapkan, diantaranya Iran mengalami krisis negara, kehilangan
kesempatan untuk mengembangkan program nuklirnya dan gagal dalam melakukan
delegasi (kerjasama) dengan negara-negara barat.[6]
Pada tahun 2003,
Iran mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kondisi negaranya. Iran mendapat
kesepakatan uji coba selama 6 bulan dari negara kelompok P5+1. Dalam kesempatan
tersebut, Iran mengajukan proposal kepada pihak Amerika tentang transparansi
program nuklir Iran, isi proposal tersebut diantaranya Iran meminta kepada US
untuk mendukung pasukan militer Lebanon dan Palestine dan membantu stabilisasi
Iraq seteah infasi US, apabila proposalnya diterima maka Iran akan memberikan
sedikit transparansi tentang aktifitas program nuklir Iran.
Sebenarnya, hal
yang menyebabkan konflik panjang selama 12 tahun ini adalah ketakutan
negara-negara barat dan Israel akan bahan-bahan yang digunakan Iran dalam
program nuklir tersebut. Seperti penggunaan air raksa sebagai reaktor, dianggap
terlalu sensitif dan dapat membahayakan wilayah sekitarnya (kawasan Timur
Tengah). Oleh karena itu, pada tahun 2003 Iran melakukan negosiasi dengan US
yang diikuti oleh Security Coucil Adopts Limited Sanstions Aimed at Iran’s
Nuclear Program – sebuah badan pengawas program nuklir Iran yang mengawasi
penggunaan bahan-bahan dalam program nuklir Iran seperti penggunaan air raksa
sebagai reaktor nuklir dan bahan-bahan pembuat bom atom.[7]
C. Kesepakatan
Iran dengan Negara Kelompok P5+1
Pada tahun 2013
lalu, tepatnya pada hari Minggu, 24 November 2013 Iran dan kelompok P5+1
(Inggris, China, Prancsiss, Rusia, dan Amerika Serikat (US) + Jerman)
menandatangani kesepakatan nuklir yang mengendurkan sanksi US terhadap Iran.
Kesepakatan ini dibuat karena Iran menggugat sanksi yang diberikan oleh negara barat
yang menekan Iran untuk menghentikan program nuklirnya karena takut pada masa
pengembangannya dapat mengganggu kestabilan di Timur Tengah.
Karena banyaknya
perselisihan, langkah pertama dalan kesepakatan ini, akan diuji coba selama
enam bulan. Berikut poin-poin kesepakatan Iran dengan kelompok P5+1:[8]
1) Iran telah setuju bahwa mereka tidak akan memperkaya uranium
lebih dari 5 persen selama enam bulan
2) Iran telah berkomitmen untuk menetralisir seluruh persediaan
uranium yang diperkaya sampai 20 persen, yang dekat dengan grade untuk senjata
karena itu merupakan bidang perhatian istimewa. Setengah dari ini akan
terdilusi menjadi lima persen atau di bawahnya. Sisanya akan dioksidasi
sehingga dapat dikontribusikan untuk membuat bahan bakar untuk Reaktor Riset
Teheran yang menghasilkan isotop medis.
"Langkah-langkah yang berkaitan
dengan stok uranium yang diperkaya sampai 20 persen tidak dizinkan guna
mencegah untuk tujuan militer," kata Bruno Tertrais, peneliti senior di
Perancis
3) Iran tidak akan membangun lokasi baru untuk pengayaan dan
menghentikan kemajuan menuju komisioning reaktor di pabrik Arak-nya yang akan
menghasilkan plutonium yang juga dapat digunakan dalam bom nuklir
4) Iran tidak akan memproses ulang atau membangun fasilitas yang
mampu memproses ulang bahan bakar bekas dari reaktor Arak untuk mengekstrak
plutonium.
5) Iran akan mengizinkan inspeksi situs setiap hari oleh para ahli
dari badan pengawas nuklir PBB IAEA di dua fasilitas pengayaan - Fordo dan
Natanz - dan menyerahkan informasi tentang desain reaktor Arak -nya.
6) Kelompok P5 +1 dan Iran akan membentuk "komisi
bersama" untuk bekerja dengan Badan Energi Atom Internasional dan memantau
pelaksanaan perjanjian.
7) Sebagai gantinya, P5 +1 akan memudahkan sanksi apa yang Gedung
Putih telah digambarkan sebagai "sanksi terbatas", sementara, target
dan reversibel sekitar US$ 7 miliar, sebagian besar dari minyak dan sanksi
perbankan akan tetap di tempat.
8) Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa tidak akan menjatuhkan sanksi
apapun yang berhubungan dengan nuklir baru selama enam bulan.
9) Mereka akan menangguhkan sanksi AS dan Uni Eropa pada ekspor
petrokimia Iran dan layanan terkait seperti asuransi atau transportasi, pada
emas, logam mulia dan layanan terkait.
10) Mereka juga akan menangguhkan pembatasan perdagangan AS pada
industri otomotif Iran dan layanan terkait dan lisensi penyediaan dan instalasi
di Iran suku cadang untuk keselamatan penerbangan .
11) Jumlah yang disepakati dari pendapatan atas penjualan sanksi
minyak Iran yang diadakan di luar negeri akan dipulangkan.
D. Keputusan
IAEA Terhadap Program Nuklir Iran
Sejak tahun 2013
hingga 2015 lalu, Iran masih selalu dibayang-bayangi oleh sanksi yang diberikan
oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap program nuklir Negara
Iran. Akhirnya pada tahun 2015, tepatnya pada tanggal 14 Juli 2015 dalam
perundingan di Wina, Austria sanksi yang dijatuhkan terhadap Iran resmi dicabut dengan berbagai
macam kesepakatan. Salah satunya adalah permintaan dari negara kelompok P5+1 yang
meminta agar Iran mengurangi skala pengembangan nuklirnya demi memastikan agar
Iran tidak membuat senjata nuklir. Meskipun Iran sudah menjelaskan berkali-kali
bahwa program nuklir yang mereka kerjakan aman.[9]
Dunia juga
menyambut baik kesepakatan yang ditetapkan oleh IAEA. Setelah kesepakatan ini
ditetapkan, Iran kembali membuka “bab baru” dalam hubungannya dengan dunia.
Presiden Amerika Serikat, Barack Obama memastikan bahwa setelah kesepakatan
tersebut semua jalur nuklir ke Iran terputus.[10]
Pada Januari 2016
lalu, Mentri Luar Negri AS, Kerry, menegaskan bahwa sanksi yang diajukan sudah
benar-benar dicabut. Ini merupakan penegasan tentang pencabutan sanksi Iran
yang diungkapkannya di Gedung Putih. Kerry menegaskan bahwa setelah IAEA
memverifikasi pelaksanaan kewajiban Iran dibawah Rencana Aksi Komprehensif
Bersama (JCOA). Komitmen AS yang terhubung dengan penghapusan sanksi Iran mulai
berlaku.[11]
Presiden Iran,
Hassan Rouhani, merasa puas terhadap pencabutan sanksi Iran. Menurutnya,
peristiwa itu (kesepakatan nuklir) adalah kesempatan yang harus digunakan untuk
mengembangkan negara Iran, meningkatkan kesejahteraan bangsanya dan menciptakan
stabilitas serta keamanan di kawasan. Peristiwa itu juga akan masuk di halaman
emas dalam catatan negara Iran.[12]
REFERENSI
______. (Jul. 2007). Continuing U.S. Efforts to
Discourage Iran's Nuclear Program. The American Journal of International Law.
101 (3). Pp. 666 – 668
______. (Apr., 2006). Ongoing U.S. Efforts to Curb
Iran's Nuclear Program. The American Journal of International Law. 100
(2). Pp. 480 – 485
Bahgat, Gawdat. (Sep., 2006). Nuclear Proliferation:
The Islamic Republic of Iran. Iranian Studies. 39 (3). Pp. 307-327.
Bunn, George. (Dec., 2003). The Nuclear
Nonproliferation Treaty: History and Current Problems. Special Issue. Arms
Control Today.
De Bellaigue, Christopher. (May-Jun., 2005). Iran. Foreign
Policy. (148). Pp. 18-24.
Patrikarakos,
David. (Oct. & Nov., 2012). Lighting Iran's nuclear fuse. The World
Today. 68 (6). Pp. 22 – 25
Solingen,
Etel. (Jun., 1994). The Domestic Sources of Regional Regimes: The Evolution of
Nuclear Ambiguity in the Middle East. International Studies Quarterly.
38 (2). Pp. 305 – 337
Tarock,
Adam . Iran's Nuclear Programme and the West. Third World Quarterly. 27
(4). Pp. 645 – 664
Dunia
Menyambut Baik Kesepakatan Nuklir Iran. Kinn. (14 Jul.,
2015). BBC
Indonesia
Mendukung Penyelesaian Damai Isu Nukir Iran. Zeynita
Gibbons. (16 Sep., 2015). ANTARANEWS.com
Inilah
Isi Lengkap Kesepakatan Bersejarah Iran dan Kelompok P5+1.
Johannes Sutanto de Britio. (25 Nov., 2013). Jaringannews.com
Iran
Isi Inti Reaktor Nuklir Dengan Semen. Kinn. (12 Jan.,
2016). BBC
Iran
Kirim 11 Ton Uranium ke Rusia. Berlianto. (29 Des.,
2015). SINDOnews.com
Iran Mulai Bangun Program Nuklirnya Sejak Era 1980-an. Berlianto. (29 Okt., 2015). SINDOnews.com
Iran
Sambut Baik Keputusan IAEA. Berlianto. (16 Des., 2015).
SINDOnews.com
Iran
Siap Penuhi Kewajiban Perjanjian Nuklir.. Berlianto. (5 Nov.,
2015). SINDOnews.com
Kerry:
Cegah Iran Membuat Bom Nuklir Lebih Penting. Berlianto. (5 Dec.,
2015). SINDOnews.com
Kerry
Tegaskan AS Telah Cabut Sanksi Untuk Iran. Victor Maulana.
(17 Jan., 2016). SINDOnews.com
Menlu
Amerika Jelaskan Perjanjian Nuklir Iran Kepada Publik.
____. (19 Jul., 2015). Berita/AS
PBB
Tutup Penyelidikan Terhadap Proyek Nukir Iran. Berlianto.
(16 Dec., 2015). SINDOnews.com
Perundingan
Nuklir Iran ‘Capai Kesepakatan’. Kinn. (14 Jul., 2015).
BBC
Rouhani
Puas Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016).
SINDOnews.com
Sanksi
Dicabut, Warga Iran Bersuka Cita. Berlianto. (17 Jan.,
2016). SINDOnews.com
[1] Tarock, Adam
. Iran's Nuclear Programme and the West. Third World Quarterly. 27 (4). Pp. 645
– 664
[2] Rouhani Puas
Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com
[3] Bahgat, Gawdat. (Sep., 2006).
Nuclear Proliferation: The Islamic Republic of Iran. Iranian Studies. 39
(3): 308 – 310.
[4] Patrikarakos,
David. (Oct. & Nov., 2012). Lighting Iran's nuclear fuse. The World Today.
68 (6). Pp. 22 – 25
[5] Iran Mulai
Bangun Program Nuklirnya Sejak Era 1980-an. Berlianto. (29 Okt., 2015).
SINDOnews.com
[6] Patrikarakos,
David. Lighting Iran's nuclear fuse. The World Today. 68 (6). Pp. 22 – 25
[7]______. (Jul.
2007). Continuing U.S. Efforts to Discourage Iran's Nuclear Program. The
American Journal of International Law. 101 (3). Pp. 666 – 668
[8] Inilah Isi
Lengkap Kesepakatan Bersejarah Iran dan Kelompok P5+1. Johannes Sutanto de Britio.
(25 Nov., 2013). Jaringannews.com
[9] Perundingan
Nuklir Iran ‘Capai Kesepakatan’. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC
[10] Dunia
Menyambut Baik Kesepakatan Nuklir Iran. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC;
Iran Sambut Baik Keputusan IAEA. Berlianto. (16 Des., 2015). SINDOnews.com
[11] Kerry
Tegaskan AS Telah Cabut Sanksi Untuk Iran. Victor Maulana. (17 Jan., 2016).
SINDOnews.com
[12] Rouhani Puas
Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com