Jumat, 18 Maret 2016

Tugas Portofolio - Isu Nuklir Iran



MATAKULIAH KAPITA SELEKTA
“Isu Nuklir Iran”
Makalah ini ditujukan untuk nilai tugas Individu
kelas SKI 6A Konsentrasi Timur Tengah

Dosen Pembimbing:
Prof. Dr. H. Budi Sulistiono, M. Hum
Oleh:
Dewi Mahmudah Ni’matul
(1113022000008)
SKI 6A – KTT

Jurusan Sejarah dan Kebudayaan Islam
Fakultas Adab dan Humaniora
UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta
2016


PENDAHULUAN
Program nuklir Iran yang sudah sejak tahun 1970an terlaksana, mulai dirasa sebagai ancaman bagi negara barat khususnya negara kelompok P5+1. Program nuklir ini dikhawatirkan oleh negara barat dapat menganggu kestabilan negara-negara di Timur Tengah. Selain itu, negara barat juga takut apabila Iran dalam perkembangan program nuklirnya, membuat nuklir sebagai persenjataan di bidang militer.
Konflik antara negara Iran dan negara barat yang sudah berlangsung hingga 12 tahun (2003 – 2015) ini, pada akhirnya mencapai kesepakatan pada Juli 2015 (uji coba selama 6 bulan) dan baru benar-benar dicabut oleh AS pada Januari 2016 lalu. Sejak konflik berlangsung, Iran bisa dikatakan mengalami krisis ekonomi karena puluhan juta dolar aset Iran telah membeku dan bisnis internasional menurun.[1]
Dengan adanya kesepakatan atas pencabutan sanksi Iran, presiden Iran, Hassan Rouhani, berusaha untuk menggunakan kesempatan yang ada ini untuk mengembalikan tali perekonomian Iran dengan berbagai cara, salah satunya adalah memotong harga minyak untuk sementara ke titik terendah. Seperti pada harga minyak jenis Brent yang mencapai USD 29 pada Januari 2016 lalu.[2]
ISI
A.    Sejarah Program Nuklir Iran
Iran telah berusaha untuk memperoleh kemampuan nuklir sejak tahun 1957 setelah menandatangani sebuah perjanjian kerjasama dengan US yang menyediakan bantuan secara teknis dan peminjaman beberapa kilogram uranium. Ada beberapa karakteristik yang bisa diidentifikasi pada masa perkembangan pogram nuklir Iran. [3]
Pertama, pada tahap pertama pengembangan program nuklir, Iran masih mengandalkan US dan negara barat lainnya yang berlangsung sampai beberapa dekade. Pada beberapa dekade awal, Iran menandatangani beberapa kesepakatan dengan negara-negara barat seperti US (1974) to pembelian delapan reaktor, Jerman (1974) untuk pembangunan tenaga reaktor di Bushehr, dan Pranciss (1977) untuk pembangunan dua reaktor di Darkhovin. Selain itu, Iran juga mendapat 10% pembagian uranium dari pabrik pengayaan yang dibangun oleh perusahaan Pranciss bernama Tricastin.
Kedua, pada tahapan menuju modernisasi Iran, Shah – pemimpin Iran – bertekad untuk memulai dan memperluas perkembangan program nuklir. Untuk memenuhi keinginan ini, Iran melakukan beberapa negosiasi dengan berbagai pihak. Pada tahun 1968, Iran bergabung dengan NPT dan baru disahkan pada tahun 1970. Lalu, pada tahun 1974 Organisasi Energi Atom Iran (AEOI) bersedia membantu pengembangan teknologi nuklir Iran dan mengirim insinyur nuklir Iran untuk melakukan pelatihan di luar negri.
Ketiga, setelah mendapatkan kesediaan dari AEOI, Shah Iran membuat Middle East Nuclear Weapons Free Zone (MENWFZ) – Zona bebas nuklir di Timur Tengah – hal ini merupakan bagian dari kebijakan nuklir pada rezim Islam.
Keempat, program nuklir Iran sempat berhenti setelah revolusi yang terjadi pada tahu 1979. Menurut Ayatullah Khomeini, senjata nuklir adalah hal yang bertolak belakang dengan prinsip dasar Islam. Pernyataan ini bisa dikatakan sebagai salah satu penyebab digulingkannya Rezim Pahlevi. Banyak ilmuwan-ilmuwan nuklir Iran yang meninggalkan Iran setelah digulingkannya rezim Pahlevi dan Negara Barat berkuasa di Iran.
Kelima, pada tahun 1979, dua reactor nuklir Iran sudah hampir komplit. Pengisian ini dibantu juga oleh perusahaan Siemens Jerman  dan anak perusahaannya Kraftwerke Union yang bergabung pada tahun 1974 namun keluar pada saat sultan Shah digulingkan. Pada tahun ini juga fasilitas nuklir Iran mengalami kerusakan parah akibat diserang oleh pesawat tempur Iraq, yang selanjutnya memulai perang antara Iran dan Iraq pada tahun 1980-1988.
Keenam, pada pertengahan 1980, presiden Iraq memutuskan untuk kembali memulai aktifitas program nuklir Iran. Pencarian uranium ditingkatkan dan Teheran mulai kembali menawarkan para ilmuwan yang diasingkan kembali pulang ke Iran untuk membantu pembangunan kembali fasitas program nuklir Iran. Pada masa pembangunan ulang ini, Iran mengalami masalah dalam hubungannya dengan negara lain, karena beberapa negara tidak setuju dengan pembangunan program nuklir Iran.
Ketujuh, karena tidak berhasil menjalin kerjasama dengan negara-negara barat, akhirnya Iran kembali mengajak US dan China. Pada tahun 1990, Iran menandatangani perjanjian kerjasama dengan Beijing dan Moscow. Lalu sekitar tahun 1995, Rusia setuju untuk mengadakan kerjasama dan memberi bantuan senilai $800 juta untuk reactor pertama di Bushehr.
Kedelapan, dunia internasional mulai memberikan perhatian terhadap aktifitas program nuklir Iran yang mulai semakin intensif pada tahun 2002 karena pernyataan dari pihak oposisi Iraq, yaitu Dewan Resistansi Nasional Iran, mengenai beberapa hal yang sebelumnya tidak diketahui dan dua fasilitas nuklir yang belum dideklarasikan yaitu Natanz untuk memperkaya uranium dan penempatan produksi air-keras di Arak.
Kesembilan, pada tahun 2005 konfortasi antara komunitas nasional dan Iran mencapai pembaharuan fase volatile ketika Dewan Gubernur IAEA mengadopsi sebuah resolusi yang membuka jalan bagi Iran untuk di rujuk ke Dewam keamanan PBB atas ambisinya terhadap program nuklir Iran.


B.     Problematika Program Nuklir Iran
Problematika yang dialami oleh Iran bisa dikatakan sebagai dilema negara tersebut. Karena masalah yang di dapat justru berasal dari negara yang pada awalnya mendukung program tersebut yaitu Amerika Serikat (AS), Jerman, dan Pranciss.
Pada tahun 2002, Iran menghadiri sebuah konferensi di Washington untuk memberikan gambaran tentang program nuklir tersebut. Pada awalnya, Iran berniat untuk mulai mengembangkan program tersebut dengan cara membuat kerjasama dengan beberapa negara barat. Namun, yang di dapat dari konferensi tersebut malah sebaliknya. Iran mendapat berbagai pengecaman terutama dari negara Israel dengan alasan proyek itu akan mempengaruhi kestabilan negara tersebut. Israel dan negara barat lainnya juga takut apabila dalam perkembangan proyek tersebut Iran akan membuat senjata nuklir.[4]
Sebenarnya, jika melihat lagi ke belakang, Iran pernah membuat senjata nuklir pada saat perang antara Iran dengan Iraq yang berlangsung selama delapan tahun (1980-1988). Menurut mantan presiden Iran, Akbar Hashemi Rafsanjani (Al-Sharq), program nuklir Iran ini dibangun dengan tujuan untuk kepentingan damai, tapi bisa berubah apabila Iran sedang dalam situasi terancam dan tidak menguntungkan, seperti ketika dalam masa peperangan. Hal tersebut dilakukan juga untuk kepentingan dan keselamatan masyarakat Iran.[5]
Konflik yang terjadi pada tahun 2002 tersebut mengakibatkan Iran mengalami beberapa kejadian yang tak diharapkan, diantaranya Iran mengalami krisis negara, kehilangan kesempatan untuk mengembangkan program nuklirnya dan gagal dalam melakukan delegasi (kerjasama) dengan negara-negara barat.[6]
Pada tahun 2003, Iran mendapatkan kesempatan untuk memperbaiki kondisi negaranya. Iran mendapat kesepakatan uji coba selama 6 bulan dari negara kelompok P5+1. Dalam kesempatan tersebut, Iran mengajukan proposal kepada pihak Amerika tentang transparansi program nuklir Iran, isi proposal tersebut diantaranya Iran meminta kepada US untuk mendukung pasukan militer Lebanon dan Palestine dan membantu stabilisasi Iraq seteah infasi US, apabila proposalnya diterima maka Iran akan memberikan sedikit transparansi tentang aktifitas program nuklir Iran.
Sebenarnya, hal yang menyebabkan konflik panjang selama 12 tahun ini adalah ketakutan negara-negara barat dan Israel akan bahan-bahan yang digunakan Iran dalam program nuklir tersebut. Seperti penggunaan air raksa sebagai reaktor, dianggap terlalu sensitif dan dapat membahayakan wilayah sekitarnya (kawasan Timur Tengah). Oleh karena itu, pada tahun 2003 Iran melakukan negosiasi dengan US yang diikuti oleh Security Coucil Adopts Limited Sanstions Aimed at Iran’s Nuclear Program – sebuah badan pengawas program nuklir Iran yang mengawasi penggunaan bahan-bahan dalam program nuklir Iran seperti penggunaan air raksa sebagai reaktor nuklir dan bahan-bahan pembuat bom atom.[7]

C.     Kesepakatan Iran dengan Negara Kelompok P5+1
Pada tahun 2013 lalu, tepatnya pada hari Minggu, 24 November 2013 Iran dan kelompok P5+1 (Inggris, China, Prancsiss, Rusia, dan Amerika Serikat (US) + Jerman) menandatangani kesepakatan nuklir yang mengendurkan sanksi US terhadap Iran. Kesepakatan ini dibuat karena Iran menggugat sanksi yang diberikan oleh negara barat yang menekan Iran untuk menghentikan program nuklirnya karena takut pada masa pengembangannya dapat mengganggu kestabilan di Timur Tengah.
Karena banyaknya perselisihan, langkah pertama dalan kesepakatan ini, akan diuji coba selama enam bulan. Berikut poin-poin kesepakatan Iran dengan kelompok P5+1:[8]
1)      Iran telah setuju bahwa mereka tidak akan memperkaya uranium lebih dari 5 persen selama enam bulan
2)      Iran telah berkomitmen untuk menetralisir seluruh persediaan uranium yang diperkaya sampai 20 persen, yang dekat dengan grade untuk senjata karena itu merupakan bidang perhatian istimewa. Setengah dari ini akan terdilusi menjadi lima persen atau di bawahnya. Sisanya akan dioksidasi sehingga dapat dikontribusikan untuk membuat bahan bakar untuk Reaktor Riset Teheran yang menghasilkan isotop medis.
"Langkah-langkah yang berkaitan dengan stok uranium yang diperkaya sampai 20 persen tidak dizinkan guna mencegah untuk tujuan militer," kata Bruno Tertrais, peneliti senior di Perancis
3)      Iran tidak akan membangun lokasi baru untuk pengayaan dan menghentikan kemajuan menuju komisioning reaktor di pabrik Arak-nya yang akan menghasilkan plutonium yang juga dapat digunakan dalam bom nuklir
4)      Iran tidak akan memproses ulang atau membangun fasilitas yang mampu memproses ulang bahan bakar bekas dari reaktor Arak untuk mengekstrak plutonium.
5)      Iran akan mengizinkan inspeksi situs setiap hari oleh para ahli dari badan pengawas nuklir PBB IAEA di dua fasilitas pengayaan - Fordo dan Natanz - dan menyerahkan informasi tentang desain reaktor Arak -nya.
6)      Kelompok P5 +1 dan Iran akan membentuk "komisi bersama" untuk bekerja dengan Badan Energi Atom Internasional dan memantau pelaksanaan perjanjian.
7)      Sebagai gantinya, P5 +1 akan memudahkan sanksi apa yang Gedung Putih telah digambarkan sebagai "sanksi terbatas", sementara, target dan reversibel sekitar US$ 7 miliar, sebagian besar dari minyak dan sanksi perbankan akan tetap di tempat.
8)      Dewan Keamanan PBB dan Uni Eropa tidak akan menjatuhkan sanksi apapun yang berhubungan dengan nuklir baru selama enam bulan.
9)      Mereka akan menangguhkan sanksi AS dan Uni Eropa pada ekspor petrokimia Iran dan layanan terkait seperti asuransi atau transportasi, pada emas, logam mulia dan layanan terkait.
10)  Mereka juga akan menangguhkan pembatasan perdagangan AS pada industri otomotif Iran dan layanan terkait dan lisensi penyediaan dan instalasi di Iran suku cadang untuk keselamatan penerbangan .
11)  Jumlah yang disepakati dari pendapatan atas penjualan sanksi minyak Iran yang diadakan di luar negeri akan dipulangkan.
D.    Keputusan IAEA Terhadap Program Nuklir Iran
Sejak tahun 2013 hingga 2015 lalu, Iran masih selalu dibayang-bayangi oleh sanksi yang diberikan oleh Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terhadap program nuklir Negara Iran. Akhirnya pada tahun 2015, tepatnya pada tanggal 14 Juli 2015 dalam perundingan di Wina, Austria sanksi yang dijatuhkan  terhadap Iran resmi dicabut dengan berbagai macam kesepakatan. Salah satunya adalah permintaan dari negara kelompok P5+1 yang meminta agar Iran mengurangi skala pengembangan nuklirnya demi memastikan agar Iran tidak membuat senjata nuklir. Meskipun Iran sudah menjelaskan berkali-kali bahwa program nuklir yang mereka kerjakan aman.[9]
Dunia juga menyambut baik kesepakatan yang ditetapkan oleh IAEA. Setelah kesepakatan ini ditetapkan, Iran kembali membuka “bab baru” dalam hubungannya dengan dunia. Presiden Amerika Serikat, Barack Obama memastikan bahwa setelah kesepakatan tersebut semua jalur nuklir ke Iran terputus.[10]
Pada Januari 2016 lalu, Mentri Luar Negri AS, Kerry, menegaskan bahwa sanksi yang diajukan sudah benar-benar dicabut. Ini merupakan penegasan tentang pencabutan sanksi Iran yang diungkapkannya di Gedung Putih. Kerry menegaskan bahwa setelah IAEA memverifikasi pelaksanaan kewajiban Iran dibawah Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCOA). Komitmen AS yang terhubung dengan penghapusan sanksi Iran mulai berlaku.[11]
Presiden Iran, Hassan Rouhani, merasa puas terhadap pencabutan sanksi Iran. Menurutnya, peristiwa itu (kesepakatan nuklir) adalah kesempatan yang harus digunakan untuk mengembangkan negara Iran, meningkatkan kesejahteraan bangsanya dan menciptakan stabilitas serta keamanan di kawasan. Peristiwa itu juga akan masuk di halaman emas dalam catatan negara Iran.[12]


REFERENSI
______. (Jul. 2007). Continuing U.S. Efforts to Discourage Iran's Nuclear Program. The American Journal of International Law. 101 (3). Pp. 666 – 668
______. (Apr., 2006). Ongoing U.S. Efforts to Curb Iran's Nuclear Program. The American Journal of International Law. 100 (2). Pp. 480 – 485
Bahgat, Gawdat. (Sep., 2006). Nuclear Proliferation: The Islamic Republic of Iran. Iranian Studies. 39 (3). Pp. 307-327.
Bunn, George. (Dec., 2003). The Nuclear Nonproliferation Treaty: History and Current Problems. Special Issue. Arms Control Today.
De Bellaigue, Christopher. (May-Jun., 2005). Iran. Foreign Policy. (148). Pp. 18-24.
Patrikarakos, David. (Oct. & Nov., 2012). Lighting Iran's nuclear fuse. The World Today. 68 (6). Pp. 22 – 25
Solingen, Etel. (Jun., 1994). The Domestic Sources of Regional Regimes: The Evolution of Nuclear Ambiguity in the Middle East. International Studies Quarterly. 38 (2). Pp. 305 – 337
Tarock, Adam . Iran's Nuclear Programme and the West. Third World Quarterly. 27 (4). Pp. 645 – 664
Dunia Menyambut Baik Kesepakatan Nuklir Iran. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC
Indonesia Mendukung Penyelesaian Damai Isu Nukir Iran. Zeynita Gibbons. (16 Sep., 2015). ANTARANEWS.com
Inilah Isi Lengkap Kesepakatan Bersejarah Iran dan Kelompok P5+1. Johannes Sutanto de Britio. (25 Nov., 2013). Jaringannews.com
Iran Isi Inti Reaktor Nuklir Dengan Semen. Kinn. (12 Jan., 2016). BBC
Iran Kirim 11 Ton Uranium ke Rusia. Berlianto. (29 Des., 2015). SINDOnews.com
Iran Mulai Bangun Program Nuklirnya Sejak Era 1980-an. Berlianto. (29 Okt., 2015). SINDOnews.com
Iran Sambut Baik Keputusan IAEA. Berlianto. (16 Des., 2015). SINDOnews.com
Iran Siap Penuhi Kewajiban Perjanjian Nuklir.. Berlianto. (5 Nov., 2015). SINDOnews.com
Kerry: Cegah Iran Membuat Bom Nuklir Lebih Penting. Berlianto. (5 Dec., 2015). SINDOnews.com
Kerry Tegaskan AS Telah Cabut Sanksi Untuk Iran. Victor Maulana. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com
Menlu Amerika Jelaskan Perjanjian Nuklir Iran Kepada Publik. ____. (19 Jul., 2015). Berita/AS
PBB Tutup Penyelidikan Terhadap Proyek Nukir Iran. Berlianto. (16 Dec., 2015). SINDOnews.com
Perundingan Nuklir Iran ‘Capai Kesepakatan’. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC
Rouhani Puas Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com
Sanksi Dicabut, Warga Iran Bersuka Cita. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com


[1] Tarock, Adam . Iran's Nuclear Programme and the West. Third World Quarterly. 27 (4). Pp. 645 – 664
[2] Rouhani Puas Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com
[3] Bahgat, Gawdat. (Sep., 2006). Nuclear Proliferation: The Islamic Republic of Iran. Iranian Studies. 39 (3): 308 – 310.
[4] Patrikarakos, David. (Oct. & Nov., 2012). Lighting Iran's nuclear fuse. The World Today. 68 (6). Pp. 22 – 25
[5] Iran Mulai Bangun Program Nuklirnya Sejak Era 1980-an. Berlianto. (29 Okt., 2015). SINDOnews.com
[6] Patrikarakos, David. Lighting Iran's nuclear fuse. The World Today. 68 (6). Pp. 22 – 25
[7]______. (Jul. 2007). Continuing U.S. Efforts to Discourage Iran's Nuclear Program. The American Journal of International Law. 101 (3). Pp. 666 – 668
[8] Inilah Isi Lengkap Kesepakatan Bersejarah Iran dan Kelompok P5+1. Johannes Sutanto de Britio. (25 Nov., 2013). Jaringannews.com
[9] Perundingan Nuklir Iran ‘Capai Kesepakatan’. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC
[10] Dunia Menyambut Baik Kesepakatan Nuklir Iran. Kinn. (14 Jul., 2015). BBC; Iran Sambut Baik Keputusan IAEA. Berlianto. (16 Des., 2015). SINDOnews.com
[11] Kerry Tegaskan AS Telah Cabut Sanksi Untuk Iran. Victor Maulana. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com
[12] Rouhani Puas Sanksi Iran Dicabut. Berlianto. (17 Jan., 2016). SINDOnews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tolong bantu komentarnya yaa ..